Notification

×

Iklan

Iklan

Mulutmu Harimaumu, Tukang Bakso Menjadi 'Artis

Minggu, 26 Juni 2022 | Juni 26, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-06-27T02:01:23Z
By: Hery Sabaruddin, M.Ag
Pimred Nurani Rakyat
Jaga Lisanmu
"Mulutmu harimaumu", begitulah ungkapan adagium bijak mengatakan. Tentunya secara implisit maupun eksplisit adagium tersebut menyimpan bahasa isyarat yang bijak untuk dipahami dan diaktualisasikan. Ungkapan ini hampir semakna dengan kata pepatah Arab “Salamatul Insan fi hifdzil lisani” keselamatan manusia tergantung bagaimana menjaga lisannya. Maksudnya, berkata yang baik dan terukur tidak mengandung fitnah, itu merupakan jaminan terhadap keselamatan seseorang.
Karena setiap bait kalimat seorang manusia berkaitan langsung dengan harga diri dan kewibawaan seseorang.
Adagium bijak diatas relevan dengan peristiwa blundernya candaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menjadi viral dan menjadi sorotan miring masyarakat Indonesia. Profesi tukang bakso (Wong Cilik) mendadak meroket akibat 'candaan serampangan yang dilontarkan seorang tokoh nasional.
Kalimat yang dianggap candaan terucap
dalam rakernas PDIP pada Kamis lalu (23/6). Mega menyampaikan candaan soal calon mantu tukang bakso. Dia tidak ingin anaknya menikah dengan tukang bakso.
Perhatikan dan simak kalimat Megawati yang terucap pada saat itu.
"Ketika saya mau punya mantu, itu saya sudah bilang sama anak saya tiga; awas lho, kalau nyarinya yang kaya tukang bakso," ucap Megawati. Terlepas menurut Megawati hal itu hanya sekedar candaan. Namun ungkapan tersebut sudah dianggap melecehkan profesi tukang bakso. Mengingat ungkapan Megawati sering kali terucap dan akhirnya menjadi blunder bagi dirinya. Terakhir ungkapannya terkait 'minyak goreng.
Terkait hal itu, ungkapan mulutmu harimaumu sering sekali dikaitkan dengan peringatan supaya manusia menjaga perkataan yang diucapkan. Ketika tidak berhati-hati mengucapkan atau menyampaikan sesuatu, maka akibatnya akan kembali kepada dirinya. Seringkali akibat sebuah perkataan, sesuatu menjadi runyam.
Karena itulah menjaga dan merawat perkataan, termasuk di dalamnya tulisan, merupakan kewajiban bagi semua agar tidak ada kesalahpahaman serta ketersinggungan di antara sesama. Apalagi bagi seorang yang sedang mendapat amanah memimpin, tugas merawat dan menjaga ungkapan tertentu harus lebih diperhatikan. Ungkapan/pernyataan atau apa pun namanya yang diucapkan oleh seorang yang ditokohkan. Akan lebih luas serta lebih kuat dampaknya dibanding yang disampaikan oleh orang yang biasa.
Oleh sebab itu, berhati hatilah mengeluarkan ucapan/ungkapan walaupun hanya sekedar candaan.
Karena tingkat sensitif/SDM masyarakat berbeda tingkatannya. Lebih baik mengeluarkan ungkapan ungkapan empatis terhadap masyarakat kecil.
Apalagi seorang Megawati adalah Mantan Presiden, Ketua Partai PDIP yang menggunakan slogan 'Partai Wong Cilik'. (*)





×
Berita Terbaru Update